Ticker

6/recent/ticker-posts

Menanamkan cinta di Hari Fitri

Dalam hitungan hari, Idul Fitri sudah akan menemui kita umat Islam. Tapa terkecuali, umat Islam di seluruh dunia akan bersama sama merayakan kemenangan besar setelah satu bulan puasa di bulan Ramadhan. Kemenangan ini banyak mengandung makna dalam kehidupan kita. Pertama, menang dalam arti merdeka dari belenggu nafsu syaitan. Selama bulan Ramadhan kita menjalankan ibadah puasa beserta amalan-amalannya kini kita dihadapkan dalam suasana kemerdekaan atas belenggu godaan syaitan selama menjalankan ibadah. Kedua, menang untuk merajut Silaturahmi. Tidak seperti hari-hari biasa, arti silaturahmi yang terjadi di awal bulan Syawal memiliki keindahan tersendiri. Terlebih jika berada dalam perpaduan dengan tradisi lokal dalam merayakan hari Idul Firti, makna silaturahmi itu tak sekedar menjadi aktivitas temu-sapa atau kunjung keluarga semata. Melainkan ia akan menjadi goresan ibadah yang sangat tinggi nilai dan derajatnya. Ketiga, menang dalam takbir yaikni mengagungkan kalimat “Allahu Akbar”. Jika pada saat-saat hari biasa lantunan takbir menjadi aktivitas dzikir pribadi seseorang maka di awal syawal ini ia menjadi lantunan umat Islam seluruh dunia. Bertakbir adalah upaya meninggikan dzat Allah yang Maha Tinggi. seluruh ummat Islam akan melafalkannya di awal Syawal dalam suasana Idul Fitri.
Ketiga makna dalam meraih kemenangan di hari Fitri itu terangkum dalam kecintaan manusia terhadap Allah, Sang Pencipta. Kegembiraan di Idul Fitri adalah salah satu manifestasi iman dan takwa seseorang setelah menjalankan ibadah di bulan Ramadhan. Akan ada banyak hal yang menjadi prestasi selama ia menjalankan puasa Ramadhan. dan tentu saja ini tidak sebagai momentum belaka melainkan pelajaran untuk menjalani bulan-bulan berikutnya.
Idul Fitri memang memiliki arti yang sangat kompleks dan beragam dalam konteksnya masing-masing. Tetapi, disini patut kita berikan arti pula tentang suatu Cinta. Tanpa adanya cinta, Idul Fitri tidak akan menjadi penting di mata setiap muslim jika tanpa adanya kecintaan terhadap sesuatu yang berhubungan dengannya. Terlebih lagi terhadap Allah swt yang memfasilitasi manusia untuk menikmati kebahagiaan Idul Fitri.
Berbekal cinta dalam memaknai Idul Fitri juga sebagai salah satu bentuk wasilah dalam silaturahmi antar sesama manusia. Seperti yang saya tuliskan diatas bahwa rasa silaturahmi yang ada di hari Idul Fitri sungguh berbeda dengan silaturahmi yang ada di hari-hari biasa. Tak lain ini adalah akibat kepadanan cinta tadi yang dalam istilah Islam disebut sebagai “Mahabbah”. begitu besar mahabbah yang ada pada hari Fitri, sehingga setiap diri akan merasakan nikmatnya berlebaran di hari nan suci itu. Saling berkunjung sanak saudara, teman, kerabat, handay tolan, miskin-kaya, tua-muda, seluruhnya bersama-sama merayakan hari Fitri penuh cinta dan kedamaian.
Menanam cinta dalam suasana kebahagiaan Idul Fitri akan berefek positif pada arti kemanusiaan. Bahwa selama ini kita tidak dipengaruhi oleh sifat dominan kita yang tidak lebih mendahulukan kepentingan seluruh umat dibanding kepentingan pribadi. Nafsu diri akan harta, kekuasaan, wanita dan lain-lainnya hanya akan runtuh seketika jika rasa kemanusiaan itu tiba-tiba datang menghampiri kita akibat tumbuhnya cinta dalam Hari Raya itu.
Demikian, Idul Fitri tidak hanya akan menjadi milik kaum muslimin saja tetapi saudara-saudara kita yang bukan muslim akan turut merasakan kedamaian di hari Idul Fitri dengan tebaran cinta yang umat Islam tanam untuk ummat, Rahmatan Lil Alamin. Wass.

Post a Comment

0 Comments