Ticker

6/recent/ticker-posts

Makna 17 Agustus Bagi Seorang Anak Bangsa

Sulit situasinya saat ini jika anda berniat baik memberikan pemikiran jangan putus asa jika itu dianggap khayalan. Jika anda memotivasi diri sendiri termasuk komunitas anda jangan kecewa jika dikira anda akan menjadi anggota Dewan atau terkait dengan partai politik.
Begitu juga jika anda mengkritik apakah kontruktif atau destruktif jangan heran jika dikatakan bahwa anda sedang menuliskan uneg-uneg anda. Terakhir jika anda sukses karena menciptakan produk atau jasa jangan sedih jika tiba-tiba semua orang ramai-ramai meniru hasil karya anda dan akhirnya jika anda tidak beruntung anda bangkrut. Itu situasi di indonesia saat ini kita jangan menyerah dan kehilangan akal tapi harus bangkit.
I. Ada Apa dengan Indonesia
Pertama tentu bersyukur atas Kemerdekaan ini dan yang kedua tentunya kemerdekaan ini tidak boleh lenyap dari muka bumi Indonesia, walau banyak pihak sudah mengingatkan bahwa bahaya perpecahan dan hilangnya kedaulatan negeri Indonesia.
Secara sederhana jika kita melek sedikit nyata benar tekanan pada kita semua itu memang nyata adanya. TKW dari negeri ini bukan hanya dipukuli tapi diperkosa bahkan dibunuh tapi kita tetap mengirimkan dan melihat hat itu sebagai pilihan karena betapa tertutupnya lapangan kerja untuk para saudara kita akibat dari terlalu banyaknya keluarga tidak berpenghasilan dn sangat rendah penghasilan maka bekerja di luar negeri merupakan sebuah pilihan. Eropa dan Aeab Saudi dengan enteng berusaha melarang Garuda terbang ke wilayahnya walau masih dalam tahapan coba-coba, dan kelihatannya sedang dinegoisasi pemerintah China melarang berbagai produk dari negeri ini untuk tidak memasuki negaranya, Travel warning diberikan kepada indonesia oelh berbagai negara, bahkan negara ini juga dituduh sebagai sarang teroris. Belum lagi kalau anda sudah s2 disini juga tetap perlu ngambil s2 lagi diluar negeri terutama pada neera tertentu karena begitulah dunia pendidikan kita juga. Itu posisi negeri ini sekarang.
Kita tidak perlu juga hanya malu dan menyesal walaupun dianggap sebagai negeri no 3 terkorup bahkan mungkin jika tidak menyuap menduduki negeri terkorup, dianggap sebagai negeri penghasil co2 terbesar didunia dan pelanggar HAM. Hampir semua yang jelek dan buruk mampir di negeri ini. Pertanyaannya apakah negara lain juga tidak seperti Indonesia? Atau kita tidak pandai mengelola informasi di negeri ini? Yang pasti daripada mempertanyakan lebih baik kita memperbaikinya.
Bencana yang datang ke Indonesia mulai dari Tsunami dan gempa bumi di Aceh dan Nias, Pangandaran, Yogyakarta sampai munculnya semburan lumpur di Porong Sidoarjo dan banjir di Morowali. Belum lagi bajir-banjir dan longsor diberbagai kota. Lengkap sudah negeri ini sebagai negeri yang kerap didatangi bencana. Apakah ada gunanya mengeluh atau menyalahkan orang lain tentu sama sekali tidak ada gunanya. Beberapa kawan mengatakan bahwa kita sedang diuji sehingga harus memperbaiki diri dan bangsa sementara yang lainnya mengatakan janganlah mengkait-kaitkan semuanya ini dengan sesuatu yang diluar jangkauan manusia sehingga anggap saja semuanya itu sebagai reaksi alam biasa tidak ada lebih dan kurangnya, sementara seorang anak muda mengatakan bahwa bangsa Indonesia sedang di Azab dan pada setiap kejadian di azab sebuah bangsa tidak akan menyadarinya sampai bangsa atau komunitas tersebut punah seperti yang terjadi pada bengsa-bangsa yang terdahulu. Yidak tahu yang mana yang paling tepat tetapi barangkali yang paling baik , kita memperbaiki diri kita masing-masing sehingga secara bertahap semuanya membaik.
II. Indonesia yang lebih baik.
Darimanakah kita akan memperbaiki negeri ini?. Jawabannya pasti dari diri sendiri. Bagi yang telah berkeluarga mulai lah dilakukan perbaikan dari kelaurga dan rumah masing-masing. Yang paling sederhana tidak butuh biaya adalah kurangi nafsu bagi yang sudah berlebihan dan tingkatkan motivasi serta lebih bersemangat bagi yang kekurangan.
Ketegangan yang sedemikian tinggi sekarang sudah mungkin sampai titik dimana jika terjadi tumbukan sangat mungkin menghasilkan kerusakan yang luar biasa. Seorang tua mengatakan bahwa ketika ia berusia 9 tahun sudah ditugaskan tentara pro kemerdekaan Indonesia untuk mengintai di Pos Cideng dan kejadian berikutnya akibat operasinya terbongkar maka beberapa kawannya “diberondong” mereka berguguran. Ketika itu nyawa juga dipertaruhkan. Saat ini masih banyak terdengar bahwa beberapa atau banyak veteran pejuang hidupnya keleleran dan sengsara? Apakah benar bangsa Indonesa tidak menghargai pejuangnya sehingga para pejuang yang berjasa memerdekakan negerinya saja hidup sengsara, atau apa seperti seorang senior di gerakan mahasiswa yang selalu mengatakan jika bangsa Indonesia tetap begini maka namanya bangsa copet karena copet dan malinglah yang berbahagia karena berharta. Dan selama penoleng berjaya apakah bangsa Indonesia akan terhindar dari malapetaka?.
Setelah berusaha berbuat baik dari diri sendiri dan memuliakan para pejuang kemerekaan dan para orang yang berjasa buat negera republik Indonesia maka buka saluran pendidikan agar jangan anak-anak yang cerdas tidak bisa mendapatkan ilmu apalagi sekolahan hanya menjadi sekedar “tempat investasi” dimana dana yang dikeluarkan harus segera dapat kembali beserta hitungan bunganya. Jangan salahkan sekarang hal inilah yang terjadi. Walau pada saat negara dan masyarakatnya mampu maka sebaiknya pendidikan dihargai mahal juga tidak masalah karena terjangkau masyarakatnya. Pendidikan digratiskan niatnya baik hanya membuat banyak orang tua juga tidak suerius mengurus pendidikan anak-anaknya sebalinya pendidikan sangat mahal juga tidak diharapkan karena yang “pintar tidak punya dana tidak dapat sekolah”, kebijakannya harus diantaranya.
Lapangan kerja sekarang , apa yang paling menjanjikan? Industri bagi Indonesia sudah tertinggal jauh maka bagaimana negera ini memainkan peran antaranya serta menggali keunggulannya apakah dibidang pariwisata dan agrobisnis. Mulai dari cokelat, kelapa sawit dan berbagai tanaman lainnya. Bagaimana jika kita semua memanfaatkan letak geografis Indonesia yang sedemikian strategis dalam lalu lintas dunia?.
Tidak masuk akal negera seluas Indonesia dan penduduknya bukan orang barbar dan bodoh tidak bisa menjadi negara maju?. Terlalu banyak potensi negeri ini disia-siakan.
Kita tentu tidak boleh menyerah walau tahu tidak begitu saja semua persoalan akan berlalu begitu kita coba perbaikinya.
Perubahan pola pikir sangat mungkin menjadi hal yang sangat prioritas untuk terjadi. Jangan lagi hanya pasrah dirumah dan bermain karambol sambil menunggu godot atau tidak juga harus berlaku curang dan menyingkirkan pesaing dan membunuhinya supaya bisa menjadi yang terbaik, terbesar dan terpercaya. Bangsa ini harus lebih terbuka menerima perubahan dan meninggalkan jauh-jauh krinduan untuk ditindas kembali. Kita harus jauh jauh meninggalkan hobby menjadi bangsa yang suka ditindas dan mengundang nya masuk kedalam negeri dengan memberinya karper merah.
Dunia politik yang paling penting sangat mungkin adalah merubah politik intrik sekitar istana menjadi politik kemaslahatan umat. Tetap boleh mempertahankan kekuasaan dan menguntungkan diri sendiri dan keluarga tetapi lebih lagi menghasilkan kemaslahatan bagi bangsa dan negara.
Dari semua itu kelihatannya yang juga sangat penting adalah “soal” keyakinan karena bangsa yang canggih ketika bisa memahami dan merefleksikan keyakinannya akan katuhannannya secara membumi dan canggih. Sebuah bangsa yang hanya berpikir nanti akan ketinggalan di dunia ini begitu juga sebbuah bangsa yang hanya berpikir dan mewujudkan semua yang bersifat kekinian maka hanya akan penuh angkara murka dan keserakahan serta tidak akan menjamin ketertiban dan ketentraman , walaupun diusahakan sekuatnya.
Terlepas dari semua itu yang paling penting sambil menjalankan semua itu hasilkanlah sebuah karya secara minimum setiap harinya sehingga akan terjadi auto reaksi yang sehat dalam tubuh anda dan keluarganya. Tidak ada yang lebih segera harus diwujudkan yaitu berkarya dan berkreasilah segera.

SUMBER:http://haryo-comunity.blogspot.com/2009/08/makna-17-agustus-bagi-seorang-anak.html

Post a Comment

0 Comments