Ticker

6/recent/ticker-posts

15 Kesalahan Umum Guru Saat melakukan Pembelajaran Kooperatif (berkelompok) – dan Solusinya

9eaca1ff742e5cec4ee50cbcc7a8a387
Menurut banyak penelitian pembelajaran kooperatif sangat baik dalam mengembangkan kemampuan sosial dan dengan cepat meningkatkan pengetahuan siswa, namun dalam pelaksanaannya ternyata tidak mudah untuk dilaksanakan karena guru sering melakukan kesalahan sebagai berikut:
1. Ukuran kelompok terlalu besar
Dibutuhkan banyak keterampilan bagi siswa untuk mengelola kelompok dengan anggota 4 orang atau lebih. Sebaliknya, menjaga ukuran kelompok kecil: 2 atau 3 adalah yang terbaik.

2. Siswa tidak mempersiapkan diri (dan dipersiapkan) untuk bekerja dalam kelompok (kooperatif).
Jelaskan kepada siswa mengapa Anda sebagai guru menggunakan pembelajaran kooperatif, lakukan aktivitas pembelajaran kooperatif singkat atau simulasi, kemudian minta mereka menjelaskan ulang dan lakukan sampai mereka jelas.

3. Tidak membekali siswa keterampilan berinteraksi antar sesamanya.
Penting bagi seorang guru untuk meminta siswa untuk berkontribusi pada kelompoknya dengan perilaku yang sesuai dan dianjurkan oleh guru . Contoh: fokus pada tugas, bersedia menyumbangkan ide, membantu orang lain untuk belajar, mendorong semua orang berpartisipasi, mendengarkan orang lain, menghormati orang lain. Guru mesti menuliskan didepan kelas daftar perilaku yang diinginkan

4. Siswa dibiarkan memilih kelompok mereka sendiri.
Kita sendiri sebagai orang dewasa akan memilih teman-teman kita sendiri untuk bekerjasama jika diberi pilihan. Padahal siswa perlu mengembangkan hubungan kerja yang positif dengan semua anggota kelas tanpa terkecuali. Lakukan penetapan secara acak dengan siapa siswa mendapatkan teman untuk kelompoknya.

5. Tidak melakukan kegiatan bekerja sama cukup sering bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan bekerja sama .
Mintalah siswa melakukan sesuatu teknik pembelajaran kooperatif di setiap sesi kelas untuk memperkuat kebiasaan bekerjasama yang positif. Minimal terbiasa untuk berbagi apa yang mereka ketahui lewat diskusi dengan teman yang ada di sebelahnya.

image212525202525281252529
6. Tidak merencanakan pelajaran kooperatif dengan hati-hati.
Banyak guru bingung melakukan pembelajaran dengan kelompok atau menggunakan prinsip pembelajaran kooperatif. Mereka sudah menempatkan siswa dalam kelompok, memberitahusiswa untuk bekerja sama, dan ujung-ujungnya bertanya-tanya mengapa pembelajaran dengan kelompok di kelasnya tidak berhasil. Padahal pembelajaran kooperatif mesti memiliki lima unsur penting (saling ketergantungan positif, tanggung jawab individu, promotif interaksi tatap muka, keterampilan sosial dan pengolahan informasi) mesti diterapkan dengan hati-hati ke dalam setiap pelajaran untuk mengajar para siswa untuk belajar dengan baik secara bersama-sama. Guru mesti tidak kenal menyerah dan mau terus mencoba
f7500c0adaeaa5f506eeedcbd4725267
7. Guru sering berasumsi bahwa kelompok-kelompok kooperatif dapat menangani tugas-tugas yang kompleks dan sulit
Padahal penting bagi seorang guru untuk mencoba pembelajaran kooperatif pada pokok bahasan yang ringan dan sederhana terlebih dahulu sebelum belajar bagaimana menyelesaikan pembelajaran yang sulit. Siswa harus diajarkan bagaimana belajar bersama. Mulailah dengan singkat, kegiatan sederhana dan lakukan terus upaya meyakinkan siswa bahwa kegiatan ini bisa berhasil . Lakukan refleksi dan diskusi kelas sesering mungkin mengenai hal apa yang berhasil dan yang tidak saat selesai.

8. Terlalu fokus pada penyelesaian proyek (tugas bersama) sebagai tujuan kelompok.
Dengan selesainya tugas sebagai satu-satunya tujuan, siswa akan langsung melakukan hal lain yang biasanya akan membuat situasi kelas tidak kondusif seperti mengobrol dan bercanda. Pembelajaran kooperatif mesti memastikan akuntabilitas tugas individu semaksimal mungkin (penilaian pun diambil secara individual dan presentasi kelas).

9. Guru tidak jelas dalam menentukan tujuan pembelajaran.
Tujuan kelompok belajar yang jelas adalah ketika semua siswa sadar apa yang akan guru nilai dari dirinya. Jika tidak secara bersamaan siswa akan melakukan hal yang keliru atau diluar harapan guru, ini terjadi karena gurunya yang tidak jelas dalam menentukan tujuan pembelajaran.

10. Guru berasumsi bahwa siswa sudah mempunyai keterampilan sosial yang dibutuhkan dalam pembelajaran kelompok.
Guru harus mengajarkan siswa bagaimana untuk berkoordinasi dan berkomunikasi mengenai pekerjaan mereka dengan orang lain dan menjaga semua orang dalam kelompoknya untuk fokus dalam pembelajaran. Guru mesti melakukan ini dengan membekali keterampilan, menunjukkan siswa apa yang harus dilakukan, sambil terus awasi mereka, kemudian memberi mereka umpan balik, saran dan masukan sampai keterampilan kooperatif mereka miliki.

11. Guru tidak memahami hubungan kerja sama dalam konteks yang positif dengan peningkatan prestasi siswa.
Guru mesti memulai setiap sesi kelompok dengan kegiatan berkenalan atau membangun hubungan kedekatan dengan mengajukan pertanyaan, seperti “Siapa nama rekan mu, dan apa makanan kesukaannya ?” Membangun keberhasilan dan perasaan positif di awal dengan memberikan review atau tugas lebih mudah, kemudian perlahan-lahan meningkatkan tingkat kesulitan tugas sebagai cara agar siswa mendapatkan kepercayaan diri dalam kemampuan mereka untuk bekerja sama.

12. Guru tidak memantau kelompok siswa, saat mereka bekerja.
Guru mesti berada di antara kelompok – mengoreksi kesalahpahaman siswa, membantu siswa memahami, dan memperkuat keterampilan kerja sama tim yang baik. Memantau kelompok berarti memperhatikan interaksi dan mendorong pembelajaran dan keterampilan kerja sama tim yang tepat. Membantu kelompok berarti memastikan penguasaan materi oleh setiap siswa. Minta mereka secara acak untuk jelaskan cara kerja kelompok mereka.

13. Memberikan nilai kelompok.
Guru hanya memberikan nilai kelompok hanya jika benar-benar diperlukan, benar-benar adil untuk setiap anggota, dan ketika Anda telah mengajarkan siswa bagaimana untuk bekerja sama. Mintalah siswa menilai pembelajaran mereka sendiri dengan membandingkan apa yang bisa mereka lakukan dengan kriteria yang anda berikan diawal.

14. Menggunakan strategi Jigsaw di awal pembelajaran saat siswa belum mengerti betul pembelajaran yang anda lakukan.
Teknik jigsaw adalah salah satu strategi dimana setiap siswa belajar bagian dari materi dan kemudian mengajarkan kepada anggota kelompok mereka. Jika masing-masing siswa tidak bisa belajar materi yang mereka butuhkan untuk mengajar teman lainnya, siswa tidak siap untuk melakukan jigsaw dengan pelajaran itu. Sebaliknya, gunakan latihan dipandu kooperatif dan cek belajar dengan kuis individu atau tugas.

15. Guru berasumsi bahwa mudah untuk lakukan pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif adalah kompleks, semua pihak (guru dan siswa) mesti mempelajarinya secara prosedural, seperti layaknya belajar memainkan olahraga atau game yang baru. Guru mesti tidak kenal lelah menguji cobakannya di kelas jika ingin berhasil. Sambil terus berefleksi saat selesai melakukan, dengan ajukan pertanyaan hal apa yang berhasil dan yang belum serta hal apa yang masih kurang direncanakan dan lain-lain.

Post a Comment

0 Comments