Suatu
ketika di sore hari, tampak seorang pemuda sedang bermain gitar di
bawah pohon yang rindang, tidak jauh dari tepi sungai. Ketika sedang
asik melantunkan sebuh lagu tiba-tiba perhatiannya terarah saat
mendengarkan gemericik air yang terdengar tidak beraturan.
Sang pemuda pun segera melihat ke arah tepi sungai di mana sumber suara tadi berasal. Ternyata, di sana tampak seekor kepiting yang sedang berusaha keras mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meraih tepian sungai sehingga tidak hanyut oleh arus sungai yang sangat deras.
Melihat hal itu, Si pemuda merasa kasihan. Karena itu, ia segera mengulurkan tangannya ke arah kepiting untuk membantunya.
Melihat tangan terjulur, dengan sigap kepiting menjepit jari si pemuda. Meskipun jarinya terluka karena jepitan capit kepiting, tetapi hati Pemuda itu puas karena bisa menyelamatkan si kepiting dari kejadian yang bisa membahayakan dirinya.
Kemudian, dia pun melanjutkan kembali petikan gitarnya. Belum lama Dia melantunkan sebuah melodi terdengar lagi bunyi suara yang sama dari arah tepi sungai.
Ternyata kepiting tadi mengalami kejadian yang sama. Maka, si pemuda kembali mengulurkan tangannya dan membiarkan jarinya dicapit oleh kepiting demi membantunya.
Selesai membantu untuk kali kedua, ternyata kepiting terseret arus lagi. Maka, si pemuda pun menolongnya kembali sehingga jari tangannya makin membengkak karena jepitan capit kepiting.
Ada seorang tua yang melihat kejadian itu kemudian Pak tua pun datang menghampiri dan menegur si pemuda, "Anak muda, perbuatanmu menolong adalah cerminan hatimu yang baik. Tetapi, mengapa demi menolong seekor kepiting engkau membiarkan capit kepiting melukaimu hingga sobek seperti itu?"
"Paman, seekor kepiting memang menggunakan capitnya untuk memegang benda. Dan saya sedang melatih mengembangkan rasa belas kasih. Maka, saya tidak mempermasalahkan jari tangan ini terluka asalkan bisa menolong nyawa makhluk lain, walaupun itu hanya seekor kepiting," jawab si pemuda dengan kepuasan hati, karena telah melatih sikap belas kasihnya dengan baik.
Mendengar jawaban si pertapa muda, Sambil tersenyum paktua itu memungut sebuah ranting. Ia lantas mengulurkan ranting ke arah kepiting yang terlihat kembali melawan arus sungai. Segera, si kepiting menangkap ranting itu dengan capitnya.
"Lihat Anak Muda. Melatih mengembangkan sikap belas kasih memang baik, tetapi harus pula disertai dengan kebijaksanaan. Maksudnya, Ada cara terbaik untuk berbuat baik karena jika cara kita salah, perbuatan baik pun akan terlihat sangat menyakitkan"
Seketika itu, si pemuda tersadar. "Terima kasih, Paman. Hari ini saya belajar sesuatu. Mengembangkan cinta kasih harus disertai dengan kebijaksanaan.
"Di kemudian hari, saya akan selalu ingat kebijaksanaan yang Paman ajarkan."
========================
Sahabat...
Pergunakanlah sisa waktu untuk berbuat baik agar Tuhan selalu memberi kita yang terbaik. Bila tujuan kamu benar-benar baik, yakni untuk menolong makhluk lain, kamu tidak harus dengan cara mengorbankan diri sendiri.
Ranting pun bisa kamu manfaatkan, betul kan ?"
Mari kita petik pelajaran berharga dari cerita singkat diatas.
Mempunyai sifat belas kasih, mau memerhatikan dan menolong orang lain adalah perbuatan mulia, entah perhatian itu kita berikan kepada anak kita, orangtua, sanak saudara, teman, atau kepada siapa pun. Tetapi, kalau cara kita salah, sering kali perhatian atau bantuan yang kita berikan bukannya memecahkan masalah, namun justru menjadi bumerang.
Kita yang tadinya tidak tahu apa-apa dan hanya sekadar berniat membantu, malah harus menanggung beban dan kerugian yang tidak perlu. Karena itu, adanya niat dan tindakan berbuat baik, seharusnya diberikan dengan cara yang tepat dan bijak.
Dengan begitu, bantuan itu nantinya tidak hanya akan berdampak positif bagi yang dibantu, tetapi sekaligus membahagiakan dan membawa kebaikan pula bagi kita yang membantu.
Sumber : Cerita Renungan InspiratifMari kita petik pelajaran berharga dari cerita singkat diatas.
Mempunyai sifat belas kasih, mau memerhatikan dan menolong orang lain adalah perbuatan mulia, entah perhatian itu kita berikan kepada anak kita, orangtua, sanak saudara, teman, atau kepada siapa pun. Tetapi, kalau cara kita salah, sering kali perhatian atau bantuan yang kita berikan bukannya memecahkan masalah, namun justru menjadi bumerang.
Kita yang tadinya tidak tahu apa-apa dan hanya sekadar berniat membantu, malah harus menanggung beban dan kerugian yang tidak perlu. Karena itu, adanya niat dan tindakan berbuat baik, seharusnya diberikan dengan cara yang tepat dan bijak.
Dengan begitu, bantuan itu nantinya tidak hanya akan berdampak positif bagi yang dibantu, tetapi sekaligus membahagiakan dan membawa kebaikan pula bagi kita yang membantu.
0 Comments