Introduce
Assalamu'alaikum warahmatullah, sudah beberapa hari tidak memposting
artikel disitus ini. Sebelum melangkah ke pembaringan untuk rehat
sejenak, saya ingin memposting sebuah artikel kisah nyata untuk
pelajaran bagi diri-diri kita dan saya pribadi tentunya. Kisah ini saya
dapatkan ketika sedang browsing di Facebook namun sumber aslinya belum sempat saya dapatkan.
SAAT SUJUD, SEORANG IMAM MASJID MENDENGAR SERUAN PUTRANYA
Kisah nyata ini diceritakan sendiri oleh pelakunya, dan pernah
disiarkan oleh Radio al-Qur`an di Makkah al-Mukarramah. Kisah ini
terjadi pada musim haji dua tahun yang lalu di daerah Syu’aibah, yaitu
daerah pesisir pantai laut merah, terletak 110 Km di Selatan Jeddah.
Pemilik kisah ini berkata:
Ayahku adalah seorang imam masjid, namun demikian aku tidak shalat.
Beliau selalu memerintah aku untuk shalat setiap kali datang waktu
shalat. Beliau membangunkanku untuk shalat subuh. Akan tetapi aku
berpura-pura seakan-akan pergi ke masjid padahal tidak. Bahkan aku hanya
mencukupkan diri dengan berputar-putar naik mobil hingga jama'ah
selesai menunaikan shalat. Keadaan yang demikian terus berlangsung
hingga aku berumur 21 tahun. Pada seluruh waktuku yang telah lewat
tersebut aku jauh dari Allah Ta'ala, dan banyak bermaksiat kepada-Nya.
Tetapi, meskipun aku meninggalkan shalat, aku tetap berbakti kepada
kedua orang tuaku.
Inilah sekelumit dari kisah hidupku di masa lalu.
Pada suatu hari, kami sekelompok pemuda bersepakat untuk pergi
rekreasi ke laut. Kami berjumlah lima orang pemuda. Kami sampai di pagi
hari, lalu kami membuat tenda di tepi pantai. Seperti biasanya kamipun
menyembelih kambing dan makan siang.
Setelah makan siang, kamipun mempersiapkan diri turun ke laut untuk menyelam dengan tabung oksigen.
Sesuai aturan, wajib ada satu orang yang tetap tinggal di luar, di sisi
kemah, hingga dia bisa bertindak pada saat para penyelam itu terlambat
datang pada waktu yang telah ditentukan.
Akupun duduk, dikarenakan aku lemah dalam penyelaman. Aku duduk
seorang diri di dalam kemah, sementara di samping kami juga terdapat
sekelompok pemuda yang lain. Saat datang waktu shalat, salah seorang di
antara mereka mengumandangkan adzan, kemudian mereka mulai menyiapkan
shalat. Akupun terpaksa masuk ke dalam laut untuk berenang agar
terhindar dari kesulitan yang akan menimpaku jika aku tidak shalat
bersama mereka. Karena kebiasaan kaum muslimin di sini adalah sangat
menaruh perhatian terhadap shalat berjama'ah dengan perhatian yang
sangat besar, hingga menjadi aib bagi kami jika seseorang shalat fardhu
sendirian.
Aku sangat mahir dalam berenang. Aku berenang hingga merasa
kelelahan sementara aku berada di daerah yang dalam. Aku memutuskan
untuk tidur di atas punggungku dan membiarkan tubuhku hingga bisa
mengapung di atas air. Dan itulah yang terjadi. Secara tiba-tiba,
seakan-akan ada orang yang menarikku kebawah… aku berusaha untuk naik…
aku berusaha untuk melawan… aku berusaha dengan seluruh cara yang
kuketahui, akan tetapi aku merasa orang yang tadi menarikku dari bawah
menuju ke kedalaman laut seakan-akan sekarang berada diatasku dan
menenggelamkan kepalaku ke bawah.
Aku berada dalam keadaan yang ditakuti oleh semua orang. Aku
seorang diri, pada saat itu aku merasa lebih lemah daripada lalat.
Nafaspun mulai tersendat, darah mulai tersumbat di kepala, aku mulai
merasakan kematian!! Tiba-tiba, aku tidak tahu mengapa.. aku ingat
kepada ayahku, saudara-saudaraku, kerabat-kerabat dan teman-temanku…
hingga karyawan di toko pun aku mengingatnya. Setiap orang yang pernah
lewat dalam kehidupanku terlintas dalam ingatanku… semuanya pada
detik-detik yang terbatas.. kemudian setelah itu, aku ingat diriku
sendiri..!!!
Mulailah aku bertanya kepada diriku sendiri… apa engkau shalat?
Tidak. Apa engkau puasa? Tidak. Apa engkau telah berhaji? Tidak. Apa
engkau bershadaqah? Tidak.
Engkau sekarang di jalan menuju Rabb-mu, engkau akan terbebas dan
berpisah dari kehidupan dunia, berpisah dari teman-temanmu, maka
bagaimana kamu akan mengadap Rabb-mu?
Tiba-tiba aku mendengar suara ayahku memanggilku dengan namaku dan
berkata: "Bangun dan shalatlah." Suara itupun terdengar di telingaku
tiga kali. Kemudian terdengarlah suara beliau adzan. Aku merasa dia
dekat dan akan menyelamatkanku. Hal ini menjadikanku berteriak
menyerunya dengan memanggil namanya, sementara air masuk ke dalam
mulutku.
Aku berteriak… berteriak… tapi tidak ada yang menjawab.
Aku merasakan asinnya air di dalam tubuhku, mulailah nafas terputus-putus.
Aku yakin akan mati, aku berusaha untuk mengucapkan syahadat… kuucapkan Asyhadu… Asyhadu…
aku tidak mampu untuk menyempurnakannya, seakan-akan ada tangan yang
memegang tenggorokanku dan menghalangiku dari mengucapkannya. Aku merasa
bahwa nyawaku sudah dalam perjalanan keluar dari tubuhku.
Akupun berhenti bergerak… inilah akhir dari ingatanku.
Aku terbangun sementara aku berada di dalam kemah… dan di sisiku ada
seorang tentara dari Khafar al-Sawakhil (Penjaga Garis Batas Laut), dan
bersamanya para pemuda yang tadi mempersiapkan diri untuk shalat.
Saat aku terbangun, tentara tersebut berkata: "Segala puji bagi Allah, atas keselamatan ini."
Kemudian dia langsung beranjak pergi dari tempat kami. Akupun bertanya
kepada para pemuda tentang tentara tersebut. Apakah kalian mengenalnya?
Mereka tidak mengetahuinya, dia datang secara tiba-tiba ke tepi pantai
dan mengeluarkanmu dari laut, kemudian segera pergi sebagaimana engkau
lihat, kata mereka.
Akupun bertanya kepada mereka: "Bagaimana kalian melihatku di air?"
mereka menjawab: "Sementara kami di tepi pantai, kami tidak melihatmu
di laut, dan kami tidak merasakan kehadiranmu, kami tidak merasakannya
hingga saat tentara tersebut hadir dan mengeluarkanmu dari laut."
Perlu diketahui bahwa jarak terdekat dengan Markas Penjaga Garis
Laut adalah sekitar 20 Km dari kemah kami, sementara jalannya-pun jalan
darat, yaitu membutuhkan sekitar 20 menit hingga sampai di tempat kami
sementara peristiwa tenggelam tadi berlangsuang dalam beberapa menit.
Para pemuda yang di sisi kamipun bersumpah bahwa mereka tidak
melihatku. Maka bagaimana tentara tersebut melihatku? Demi Rabb yang
telah menciptakanku, hingga hari ini aku tidak tahu bagaimana dia bisa
sampai kepadaku!! Seluruh peristiwa ini terjadi saat teman-temanku
berada dalam penyelaman di laut. Ketika aku bersama para pemuda yang
menengokku di dalam kemah, HP-ku berdering. Segera HP kuangkat, ternyata
ayah yang menelepon. Akupun merasa bingung, karena sesaat sebelumnya
aku mendengar suaranya ketika aku di kedalaman, dan sekarang dia
menelepon?!
Aku menjawab… beliau menanyai keadaanku, apakah aku dalam keadaan
baik?! Beliau mengulang-ulangnya, berkali-kali. Tentu saja aku tidak
mengabarkan kepada beliau, supaya tidak cemas. Pembicaraan selesai aku
merasa sangat ingin shalat. Maka aku berdiri dan shalat dua rakaat, yang
selama hidupku belum pernah aku lakukan. Dua rakaat itu aku habiskan
selama dua jam.
Dua rakaat yang kulakukan dari hati yang jujur, dan banyak menangis
di dalamnya. Aku menunggu kawan-kawanku hingga mereka kembali dari
petualangan. Aku meminta izin pulang duluan. Akupun sampai di rumah, dan
ayahku ada di sana. Pertama kali aku membuka pintu, beliau sudah ada di
hadapanku dan berkata: "Kemari, aku merindukanmu!"
Akupun mengikutinya. Kemudian beliau bersumpah terhadapku dengan
nama Allah agar aku mengatakan kepada beliau tentang apa yang telah
terjadi padaku di waktu Ashar tadi. Akupun terkejut, bingung, gemetar
dan tidak mampu berkata-kata. Aku merasa beliau sudah tahu. Beliau
mengulangi pertanyaannya dua kali. Akhirnya aku menceritakan apa yang
terjadi padaku. Kemudian beliau berkata: "Demi Allah, sesungguhnya
aku tadi mendengarmu memanggilku, sementara aku dalam keadaan sujud
kedua pada akhir shalat Ashar, seakan-akan engkau berada dalam sebuah
musibah."
Engkau memanggil-manggilku dengan teriakan yang menyayat-nyayat
hatiku. Aku mendengar suaramu dan aku tidak bisa menguasai diriku hingga
aku berdo'a untukmu dengan sekeras-kerasnya sementara manusia mendengar
do'aku. Tiba-tiba, aku merasa seakan-akan ada seseorang yang menuangkan
air dingin di atasku.
Setelah shalat, aku segera keluar dari masjid dan menghubungimu.
Segala puji bagi Allah, aku merasa tenang begitu mendengar suaramu. Akan
tetapi wahai anakku, engkau teledor terhadap shalat. Engkau menyangka
bahwa dunia akan kekal bagimu, dan engkau tidak mengetahui bahwa Rabbmu
berkuasa merubah keadaanmu dalam beberapa detik. Ini adalah sebagian
dari kekuasaan Allah yang Dia perbuat terhadapmu.
Akan tetapi Rabbku telah menetapkan umur baru bagimu.
Saat itulah aku tahu bahwa yang menyelamatkanku dari peristiwa
tersebut adalah karena rahmat Allah Ta'ala kemudian karena do’a ayah
untukku. Ini adalah sentuhan lembut dari sentuhan-sentuhan kematian.
Allah ingin memperlihatkan kepada kita bahwa betapapun kuat dan
perkasanya manusia akan menjadi makhluk yang paling lemah di hadapan
keperkasaan dan keagungan Allah Ta'ala. Maka semenjak hari itu, shalat
tidak pernah luput dari pikiranku. Alhamdulillah.
~Wahai para pemuda, wajib atas kalian taat kepada Allah Ta'ala dan berbakti kepada kedua orang tua~
Ya Allah, ampunilah kami dan kedua orang tua kami, terimalah taubat
kami dan taubat mereka, dan rahmatilah mereka dengan rahmat-Mu.
0 Comments