Bagaimana sistem koloid dibuat? Sistem koloid
dapat dibuat dengan dua metode, yaitu dengan metode mengelompokkan
(agregasi) partikel larutan sejati dan atau menghaluskan bahan kasar
kemudian mendispersikan ke dalam medium pendispersi. Metode pertama
disebut kondensasi dan yang kedua disebut dispersi.
1. Pembuatan Koloid dengan Metode Dispersi
Beberapa metode praktis yang biasa digunakan untuk membuat koloid yang tergolong cara dispersi adalah cara mekanik, cara peptisasi, homogenisasi, dan cara busur listrik redig.
a. Pembuatan Koloid dengan Cara Mekanik
Zat-zat yang berukuran besar dapat direduksi menjadi partikel berukuran koloid
melalui penggilingan, pengadukan, penumbukan, dan penggerusan. Zat-zat
yang sudah berukuran koloid selanjutnya didispersikan ke dalam medium
pendispersi. Cara mekanik, contohnya pengilingan kacang kedelai pada
pembuatan tahu dan kecap. Pembuatan cat di industri, caranya bahan cat
digiling kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersi, seperti
air. Teknik penumbukan dan pengadukan banyak digunakan dalam pembuatan
makanan, seperti kue tart dan mayones. Kuning telur, margarin, dan gula
pasir yang sudah dihaluskan, kemudian dicampurkan dan diaduk menjadi
koloid. Industri makanan, yaitu pada pembuatan es krim, jus buah, selai
dan lainnya. Industri kimia, yaitu pada pembuatan cat, zat pewarna,
pasta gigi, dan detergen.
b. Pembuatan Koloid dengan Busur Listrik Bredig
Arus listrik bertegangan tinggi
dialirkan melalui dua buah elektrode logam (bahan terdispersi).
Kemudian, kedua elektrode itu dicelupkan ke dalam air hingga kedua ujung
elektrode itu hampir bersentuhan agar terjadi loncatan bunga api
listrik. Loncatan bunga api listrik mengakibatkan bahan elektrode
teruapkan membentuk atom-atomnya dan larut di dalam medium pendispersi
membentuk sol. Perhatikan Gambar 9.19, logam-logam yang dapat membentuk
sol dengan cara ini adalah platina, emas, dan perak.
Gambar 9.19 Skema alat busur Bredig.
c. Pembuatan Koloid dengan Cara Peptisasi
Dispersi koloid
dapat juga diperoleh dari suspensi kasar dengan cara memecah
partikel-partikel suspensi secara kimia. Kemudian, menambahkan ion-ion
sejenis yang dapat diadsorpsi oleh partikel-partikel koloid sampai
koloid menjadi stabil. Koagulasi agregat-agregat yang telah membentuk
partikel-partikel berukuran koloid dapat dihambat karena adanya ion-ion
yang teradsorpsi pada permukaan partikel koloid (Gambar 9.20).
Contohnya, tanah lempung pecah menjadi partikel-partikel berukuran
koloid jika ditambah NaOH dan akan menjadi koloid jika didispersikan ke
dalam air. Partikel-partikel silikat dari tanah lempung akan
mengadsorpsi ion-ion OH– dan terbentuk koloid bermuatan negatif yang stabil. Cara ini biasa digunakan pada
- sol Al(OH)3 dibuat dengan cara menambahkan HCl encer (sedikit) pada endapan Al(OH)3 yang baru dibuat,
- sol Fe(OH)3 dibuat dengan cara menambahkan FeCl3 pada endapan Fe(OH)3,
- sol NiS dapat dibuat dengan cara menambahkan H2S pada endapan NiS.
d. Pembuatan Koloid dengan Cara Homogenisasi
Pembuatan koloid
jenis emulsi dapat dilakukan dengan menggunakan mesin penghomogen
sampai berukuran koloid. Cara ini digunakan pada pembuatan susu.
Partikel lemak dari susu diperkecil sampai berukuran koloid dengan cara
melewatkan melalui lubang berpori dengan tekanan tinggi. Jika ukuran
partikel sudah sesuai ukuran koloid, selanjutnya didispersikan ke dalam
medium pendispersi.
2. Pembuatan Koloid dengan Metode Kondensasi
Ion-ion atau molekul yang berukuran
sangat kecil (berukuran larutan sejati) diperbesar menjadi
partikel-partikel berukuran koloid. Dengan kata lain, larutan sejati
diubah menjadi dispersi koloid. Pembentukan kabut dan awan di udara
merupakan contoh pembentukan aerosol cair melalui kondensasi
molekul-molekul air membentuk kerumunan (cluster). Cara kondensasi
umumnya dilakukan melalui reaksi kimia. Tiga macam reaksi yang dapat
menghasilkan kondensasi adalah reaksi hidrolisis, reaksi redoks, dan
reaksi metatesis.
a. Pembuatan Koloid dengan Reaksi Metatesis
Apabila ke dalam larutan natrium
tiosulfat ditambahkan larutan asam klorida akan terbentuk partikel
berukuran koloid. Persamaan reaksinya sebagai berikut.
Na2S2O3 + 2HCl→2NaCl + H2SO3 + S
Partikel berukuran koloid terbentuk
akibat belerang beragregat sampai berukuran koloid membentuk sol
belerang. Jika konsentrasi pereaksi dan suhu reaksi tidak dikendalikan,
dispersi koloid tidak akan terbentuk
sebab partikel belerang akan tumbuh terus menjadi suspensi kasar dan mengendap.
b. Pembuatan Koloid dengan Reaksi Redoks
Sol emas dapat diperoleh melalui reduksi emas(III) klorida dengan formalin. Persamaan reaksinya sebagai berikut.
2AuCl3 + CH4O + 3H2O→2Au + 6HCl + CH4O2
Awalnya emas terbentuk dalam keadaan
atom-atom bebas, kemudian beragregat menjadi berukuran partikel koloid.
Partikel koloid distabilkan oleh ion-ion OH– yang teradsorpsi pada permukaan partikel koloid. Ionion OH– ini berasal dari ionisasi air.
c. Pembuatan Koloid dengan Reaksi Hidrolisis
Besi(III) klorida jika dilarutkan dalam air akan mengionisasi air membentuk ion OH– dan H+. Ion-ion OH– bereaksi dengan besi(III) klorida membentuk besi(III) hidroksida. Persamaan reaksinya sebagai berikut.
FeCl3 + 3H2O→Fe(OH)3 + 3HCl
Ukuran partikel-partikel Fe(OH)3 yang terbentuk lebih besar dari ukuran larutan sejati, tetapi tidak cukup besar untuk mengendap. Selain itu, koloid Fe(OH)3 yang terbentuk distabilkan dengan mengadsorpsi ion-ion Fe3+ dari larutan.
3. Pembuatan Koloid dengan Pengubahan Medium Pendispersi
Kondensasi dapat terjadi jika kelarutan
zat dikurangi dengan cara mengubah pelarut. Contoh, jika larutan
belerang jenuh dalam etanol dituangkan ke dalam air, akan terbentuk sol
belerang. Hal ini akibat terjadinya penurunan kelarutan belerang dalam
campuran air-etanol. Pembentukan larutan koloid dengan cara mengurangi
kelarutan dapat diamati pada saat air ditambahkan ke dalam larutan yang
mengandung indikator fenolftalein. Akibatnya, akan terbentuk koloid yang
berwarna putih seperti susu.
0 Comments