Sistem koloid
mempunyai sifat yang khas, seperti efek Tyndall, gerak Brown, adsorpsi,
muatan koloid dan elektroforesis, koagulasi, dan pelindung. Kalian
dapat lebih memahami sifat-sifat sistem koloid tersebut pada uraian
berikut.
1. Efek Tyndall
Salah satu cara yang termudah untuk mengenali koloid
dengan menjatuhkan seberkas cahaya kepada objek. Larutan sejati akan
meneruskan cahaya, sedangkan sistem koloid akan menghamburkan cahaya.
Perhatikan Gambar 10.2.
Gambar 10.2 Larutan kanji akan menghamburkan cahaya, sedangkan larutan K2CrO4 tidak.
Contoh lainnya adalah cahaya matahari
yang masuk rumah melewati celah akan terlihat jelas. Hal itu dikarenakan
partikel debu yang berukuran koloid akan menghamburkan sinar yang
datang. Sifat penghamburan cahaya oleh sistem koloid ditemukan oleh
seorang ahli fisika Inggris, John Tyndall (1820-1893). Oleh karena itu,
sifat ini disebut efek Tyndall. Efek Tyndall merupakan salah satu hal
yang membedakan antara larutan sejati dan sistem koloid.
Air dan minyak zaitun, masing-masing
dapat tembus cahaya, tetapi jika keduanya dicampurkan akan terbentuk
sistem koloid seperti susu. Campuran ini dapat menghamburkan cahaya.
Efek Tyndall juga dapat menjelaskan
mengapa langit pada siang hari berwarna biru sedangkan pada saat
matahari terbenam, langit di ufuk barat berwarna jingga atau merah. Hal
itu disebabkan oleh penghamburan cahaya matahari oleh partikel koloid di
angkasa dan tidak semua frekuensi dari sinar matahari dihamburkan
dengan intensitas sama. Jika intensitas cahaya yang dihamburkan
berbanding lurus dengan frekuensi, maka pada waktu siang hari ketika
matahari melintas di atas kita frekuensi paling tinggi (warna biru) yang
banyak dihamburkan, sehingga kita melihat langit berwarna biru.
Sedangkan ketika matahari terbenam, hamburan frekuensi rendah (warna
merah) lebih banyak dihamburkan, sehingga kita melihat langit berwarna
jingga atau merah. Mengapa pada siang hari di dalam rumah cukup terang
padahal cahaya matahari tidak masuk ke dalam rumah?
Pada siang hari, sinar matahari
menyinari bumi dan oleh bumi dipantulkan kembali sesuai aturan snelius
(cahaya yang datang akan dipantulkan dengan sudut pantul sama dengan
sudut datang). Akibat adanya partikel-partikel debu di udara sekitar
rumah, sinar matahari akan dipantulkan oleh partikel debu ke segala
arah. Selain itu, partikel debu bergerak secara acak, memungkinkan sinar
matahari dipantulkan semakin acak. Di dalam rumah yang tidak langsung
terkena cahaya matahari akan terang sebagai dampak dari pantulan cahaya
matahari oleh partikel debu di udara.
2. Gerak Brown
Mengapa partikel koloid tersebar merata
dalam medium pendispersinya dan tidak memisahkan diri meskipun
didiamkan? Jika diamati menggunakan mikroskop ultra, maka partikel
koloid akan tampak sebagai titik cahaya kecil sesuai dengan sifatnya
yang menghamburkan cahaya. Jika pergerakan partikel ini diikuti, maka
partikel bergerak terus-menerus dengan gerakan zig-zag. Gerakan acak
dari partikel koloid disebut gerak Brown, sesuai dengan nama penemunya
yaitu seorang ahli botani Inggris, Robert Brown (1773-1858). Dengan
gerakan ini, partikel koloid dapat mengatasi pengaruh gaya gravitasi
sehingga tidak akan memisahkan diri dari medium pendispersinya meskipun
didiamkan.
Gambar 10.3 a. Gerakan acak (Brown) suatu
partikel koloid. b.Partikel koloid bergerak acak karena resultan
tumbukan medium pendispersi.
Bagaimana gerak Brown bisa terjadi?
Robert Brown tidak dapat menjelaskan mengapa partikel koloid dapat
bergerak acak dan berliku. Akhirnya, pada 1905, gerakan seperti itu
dijelaskan secara matematika oleh Albert Einstein. Pada dasarnya,
partikel-partikel semua zat selalu bergerak. Gerakan ini bisa berupa
gerakan acak untuk partikel-partikel zat cair dan gas, sedangkan
partikel-partikel zat padat hanya bervibrasi di tempat. Untuk sistem
koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan
partikel-partikelnya akan mengakibatkan tumbukan antara
partikel-partikel itu dengan partikel-partikel medium pendispersi.
Tumbukan tersebut terjadi dari segala arah. Dengan ukuran partikel yang
cenderung kecil, tumbukan-tumbukan itu menghasilkan resultan tumbukan
yang tidak seimbang. Hal itu menyebabkan perubahan arah partikel koloid
sehingga gerakannya acak.
3. Adsorpsi
Gambar 10.4 Proses adsorpsi.
Adsorpsi merupakan proses penyerapan
permukaan. Hal ini dapat terjadi karena partikel koloid mempunyai
permukaan yang luas, sehingga partikel-partikel yang teradsorpsi
terkonsentrasi pada permukaan partikel koloid. Partikel koloid (terutama
koloid sol), baik partikel netral maupun partikel bermuatan, mempunyai
daya adsorpsi yang baik terhadap partikel-partikel pendispersi pada
permukaannya. Sifat adsorpsi koloid ini banyak digunakan dalam berbagai
proses, yaitu
a. Proses penjernihan air dapat dilakukan dengan menambahkan tawas (Al2(SO4)3) pada air. Di dalam air, Al2(SO4)3 akan terhidrolisis menjadi Al(OH)3 yang merupakan koloid. Koloid ini dapat mengadsorpsi zat pencemar dalam air serta dapat menggumpalkan lumpur.
b. Pada proses pemurnian gula pasir.
Gula yang masih kotor dilarutkan dalam air panas kemudian dialirkan
melewati sistem koloid yaitu tanah diatom. Akibatnya, kotoran yang
terdapat pada gula akan teradsorpsi sehingga didapatkan gula yang putih
bersih.
c. Pada deodoran dan anti perspiran (zat
anti keringat). Anti perspiran mengandung senyawa aluminium seperti
aluminium klorohidrat (Al2(OH)5Cl.2H2O)
yang dapat memperkecil pori keringat. Sedangkan, deodoran mengandung
seng peroksida, parfum, dan zat anti septik yang dapat menghentikan
aktivitas bakteri sehingga dapat menghilangkan bau tidak sedap.
4. Elektroforesis
Oleh karena zat-zat terdispersi dalam
sistem koloid dapat memiliki muatan lisrik maka zat tersebut dalam medan
listrik dapat bergerak ke arah elektrode yang berlawanan muatan.
Migrasi partikel koloid dalam medan listrik disebut peristiwa
elektroforesis. Elektroforesis banyak digunakan dalam industri, misalnya
pelapisan antikarat (cat) pada badan mobil. Partikel-partikel cat yang
bermuatan listrik dioleskan pada badan mobil yang dialiri muatan listrik
berlawanan dengan muatan cat. Pelapisan logam dengan cat secara
elektroforesis lebih kuat dibandingkan cara konvensional seperti pakai
kuas.
5. Dialisis
Dialisis adalah suatu teknik pemurnian
koloid yang didasarkan pada perbedaan ukuran partikel-partikel koloid.
Dialisis dilakukan dengan cara menempatkan dispersi koloid dalam kantong
yang terbuat dari membran semipermeabel, seperti kertas selofan dan
perkamen. Selanjutnya merendam kantong tersebut dalam air yang mengalir.
Oleh karena ion-ion atau molekul memiliki ukuran lebih kecil dari
partikel koloid maka ion-ion tersebut dapat pindah melalui membran dan
keluar dari sistem koloid. Adapun partikel koloid akan tetap berada di
dalam kantung membran.
Penerapan Prinsip Dialisis
Jika Anda berkemah di suatu tempat dan
Anda menanak nasi. Sementara itu, di daerah tersebut tidak ada air
jernih, hanya ada air sungai yang mengandung lumpur. Apakah yang akan
Anda lakukan agar dapat menanak nasi?
Air sungai yang mengandung lumpur jika
disaring akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Akan tetapi, jika Anda
memahami teknik dialisis maka menanak nasi menjadi mudah. Beras
dimasukkan ke dalam kertas selofan dan dibungkus erat-erat hingga tidak
memungkinkan lumpur masuk ke dalam beras. Selanjutnya beras dalam kertas
selofan direbus dengan air dari sungai. Kertas selofan merupakan
membran yang hanya dapat dilalui oleh partikel berukuran molekul seperti
air, sedangkan lumpur yang ukurannya besar tidak dapat menembus
membran. Jadi, selama perebusan beras dengan air sungai, lumpurnya akan
tetap di luar membran, sedangkan air panas dapat menembus membran dan
mematangkan beras.
0 Comments